Banjir di Jember Disebabkan Pendangkalan Sungai

Andi Saputra
Andi Saputra

Wednesday, 20 Jan 2021 16:43 WIB

Banjir di Jember Disebabkan Pendangkalan Sungai

LINGKUNGAN: Sedimentasi dan banyaknya batang pohon di permukaan sungai, menjadi faktor utama banjir yang menerjang Kabupaten Jember.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Banjir di Kabupaten Jember telah menerjang 18 kelurahan dan desa, di  8 kecamatan. Dari hasil pantauan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, banjir lebih banyak disebabkan karena pendangkalan dasar sungai atau sedimentasi.

Anggota Pusdalops BPBD Jember, Firman Arifianto, ditemui di posko bencana Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo menyebutkan, Desa Wonoasri tercatat sebagai wilayah rawan banjir yang terjadi sejak lama. Menurutnya, langkah preventif yang telah dilakukan oleh BPBD yakni membentuk relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan telah berjalan dengan baik.

Langkah lainnya adalah, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga aliran sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan. Namun demikian, diakui olehnya, dengan adanya banjir yang cukup parah pada awal 2021 ini membuktikan upaya-upaya itu belum membuahkan hasil siginifikan.

Pihaknya menerangkan, dari hasil asesmen yang telah dilakukan, ada dua hal mendasar yang mengakibatkan banjir besar menerjang Desa Wonoasri. Pertama, kondisi geografis desa tersebut yang berada di dataran rendah kemudian dikelilingi oleh bukit-bukit.  "Letak Desa Wonoasri ini seperti mangkok. Sehingga air dari sekitar akan mengalir ke sini (Desa Wonoasari,Red)," ujanrya, Rabu (20/1/2021).

Alasan kedua, terjadinya pendangkalan sungai. Pendangkalan itu terjadi, karena dalam beberapa tahun terakhir belum dilakukan pengerukan. Menurut Firman, selain disebabkan warga yang membuang sampah ke sungai, juga karena banyaknya material kayu dari hutan. “Akibatnya, aliran sungai mengalami penyempitan kemudian meluap,” ungkapnya.

Keterangan yang sama diungkapkan oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Curahnongko, Kecamatan Tempurejo, Pendi Lestari. Ia mengatakan, banyaknya ranting kayu yang menumpuk di bantaran sungai mengakibatkan penyumbatan air di jembatan Afdeling Terate, Dusun Kota Blater, Desa Curahnongko. “Penyumbangan itu akhirnya mengakibatkan luapan air, hingga tanggul di sungai Wonowiri yang terletak di Dusun Kota Blater, Desa Curahnongko, jebol,” ungkapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo, membenarkan penyebab banjir tersebut. Namun pihaknya menegaskan, bahwa tanggung jawab bencana bukan hanya pada BPBD tetapi juga semua pihak. Oleh karena itu, ke depan, pihaknya menginginkan semua pihak ikut andil dalam mengantisipasi banjir seperti yang terjadi di Desa Wonoasari.

Haru mengatakan, pihaknya akan segera menyampaikan rencana pengerukan sungai menggunakan alat berat, ke Dinas PU Bina marga untuk pengangkatan sampah yang menyebabkan pendangkalan. “Saat ini kami masih fokus pada recovery banjir, seperti pendataan jumlah bantuan dan pendistribusian,” jelasnya.

Diketahui, dari seluruh kecamatan di Jember yang terdampak banjir, Kecamatan Tempurejo menjadi yang terparah. Tercatat, 5 desa di kecamatan tersebut terendam. Di antaranya, Desa Andongrejo, Curahnongko, Sidodadi,Curahtakir, dan Desa Wonoasri.

Sebanyak 2.069 KK di Kecamatan Tempurejo menjadi korban, begitu juga dengan 8 fasilitas pendidikan terendam, 1 jembatan rusak berat, serta akses ke Dusun Kota Blater, Desa Curahnongko terputus.

Sementara itu, dari kelima desa yang diterjang banjir, Desa Wonoasri menjadi yang terparah. Pasalnya, sebanyak  870 KK dengan 2.668 jiwa terdampak, dan 495 di antaranya mengalami sakit seperti gatal-gatal, diare,dan batuk pilek. (as/don)


Share to