Efek Penutupan Total Jalur Gumitir, Jalur Situbondo-Baluran Macet, Bus Banyak Terlambat

Alvi Warda
Alvi Warda

Thursday, 24 Jul 2025 09:42 WIB

Efek Penutupan Total Jalur Gumitir, Jalur Situbondo-Baluran Macet, Bus Banyak Terlambat

MACET: Kondisi macet di jalur utara Situbondo-Baluran, dampak penutupan total jalur Gumitir, Kamis (24/7/2025). (Foto: Tommy Wahyu Prakoso)

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Probolinggo Tommy Wahyu Prakoso menyatakan keresahannya atas dampak penutupan jalur Gumitir, Jember-Banyuwangi sejak Kamis (24/7/2025). Menurutnya, banyak bus yang terlambat sampai lokasi.

Tommy mengatakan, dampak penutupan jalur Gumitir telah melumpuhkan sektor logistik dan transportasi umum. Ia mengaku banyak perusahaan bis yang terkena imbas, dengan banyak armada yang beroperasi di jalur Jawa-Bali.

"Banyak anggota kami yang mengoperasikan bus trayek ke Bali, termasuk layanan pengiriman logistik. Semuanya mengalami keterlambatan. Kami memohon pemerintah untuk mempertimbangkan kondisi ini dengan seksama," ujar Tommy saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Kamis pagi.

Seperti diberitakan, jalur nasional di kawasan Gumitir, tepatnya di KM 233+500 atau yang dikenal sebagai Tikungan Mbah Singo, ditutup total selama dua bulan. Penutupan dimulai Kamis (24/7/2025) pukul 00.00 WIB hingga 24 September mendatang.

Tommy mengakui, sebetulnya sudah ada sosialisasi terkait penutupan jalur Gumitir. Ia tidak mempermasalahkannya. Hanya saja, sopir bus yang mengambil jalur utara lewat Situbondo, ternyata juga terkena macet. "Sampai saat ini, macet tidak bergerak selama 4 jam di daerah Bajulmati Baluran Situbondo," katanya.

Tommy merinci, ia mendapat laporan dari salah satu sopirnya. Seharusnya sopirnya itu masuk Banyuwangi pukul 02.30 WIB, namun hingga pukul 09.00 WIB masih berada di daerah Galekan batas Situbondo-Banyuwangi. "Ini kata Pak Miswan sopir bus Akas Aurora. Trayek jurusan Yogyakarta- Banyuwangi via Jember yg dialihkan ke jalur utara," ucapnya.

Kondisi ini, lanjut Tommy, diperparah dengan situasi penyeberangan Jawa-Bali. Khususnya rute Banyuwangi-Gilimanuk, yang masih mengalami kepadatan tinggi dan belum kembali normal.

"Volume kendaraan di penyeberangan masih sangat tinggi, sehingga semua kendaraan, baik pribadi, angkutan penumpang, maupun logistik, terpaksa dialihkan dari jalur selatan ke jalur utara. Hal ini menambah beban berat bagi masyarakat, terutama para pelaku usaha," tuturnya. (alv/why)


Share to