Jember Masuk 4 Besar Penyumbang Kasus Kusta Terbanyak di Jatim

Dwi Sugesti Megamuslimah
Dwi Sugesti Megamuslimah

Thursday, 08 Aug 2024 17:38 WIB

Jember Masuk 4 Besar Penyumbang Kasus Kusta Terbanyak di Jatim

Kepala Bidang P2P Dinkes Jember dr. Rita Wahyuningsih.

JEMBER, TADATODAYS.COM - Meski telah lama dikenal, penyakit kusta masih menjadi salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian serius. Berdasar data studio kusta dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI 2024, Kabupaten Jember menjadi salah satu wilayah penyumbang kasus kusta terbanyak di Jawa Timur.

Kabupaten Jember menduduki peringkat ke empat dengan 56 kasus baru usia anak (0-14 th) per Juli 2024. Jember berada di bawah Kabupaten Sampang dengan 134 kasus baru, Kabupaten Sumenep 111 kasus, dan Kabupaten Bangkalan 62 kasus.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Jember dr. Rita Wahyuningsih menyebutkan, jumlah ini relatif menurun dibanding dengan tahun sebelumnya. Dia juga menjelaskan kasus kusta dibedakan menjadi dua macam, yakni kasus MB (kusta Basah) serta kasus PB (Kusta Kering).

"Jumlah kasus 2023 adalah sebanyak 148 kasus yang sebagian besar adalah kasus MB dengan 142 kasus dan 6 kasus PB, sedangkan pada tahun 2024 sampai dengan semester 1 terdapat 56 kasus yang semua adalah tipe MB," ungkapnya saat dikonfirmasi pada Kamis (8/8/2024) sore.

Namun demikian, menurut dr. Rita, meskipun secara angka kasus di Jember tinggi, tapi sudah menunjukan angka sesuai target eliminasi yakni sebesar <1 per 10.000 penduduk.

Kusta sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae, yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat, sehingga dapat menimbulkan kecacatan.

Di Jember, kata dia, hampir semua wilayah kecamatan di Jember menjadi potensi adanya penyebaran kasus kusta, namun hampir 95% wilayah sudah menunjukan angka eliminasi kusta yaitu <1 per 10.000 penduduk.

"Lima Kecamatan yang masih memiliki angka prevalensi diatas 1/10.000 penduduk yakni Kecamatan Tanggul, Puger, Ajung, Sumberbaru menjadi kecamatan dengan kasus yang paling tinggi untuk Kusta," imbuhnya.

Adapun, faktor penyebab dari penyakit ini yang paling dominan adalah kurangnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kemudian masih adanya kemungkinan penderita kusta yang belum ditemukan dan diobati. Hal tersebut lantaran, sebagian masyarakat menganggap kusta sebagai sebuah aib.

Seperti penyakit menular lainnya, strategi untuk bisa menurunkan penyakit ini adalah semakin cepat ditemukan dan diobati maka akan dapat melakukan eradikasi pada penyebaran penyakit kusta.

Selain itu penderita kusta harus diobati sampai sembuh (RFT) ini menandakan bahwa mereka akan tidak lagi menjadi potensi penyebaran kasus, selain itu pemberian obat kemoprofilaksis juga menjadi langkah dalam pengendalian penyakit kusta.

"Penyakit kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, bakteri yang dapat hidup pada lingkungan yang lembab dan memiliki pencahayaan kurang, sekali lagi kusta bukan penyakit turunan, dan kusta bisa diobati dan di eliminasi," tegasnya. (dsm/why)


Share to