Jember Target 2022 Stunting Turun Jadi 10 Persen

Bryan Bagus Bayu Pratama
Bryan Bagus Bayu Pratama

Wednesday, 06 Apr 2022 09:59 WIB

Jember Target 2022 Stunting Turun Jadi 10 Persen

BERSINERGI: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Dr Lilik Lailiyah menargetkan penurunan angka stunting 10 persen tahun ini.

Presiden RI Joko Widodo menargetkan penurunan angka stunting secara nasional mencapai 14 persen di 2024. Sedangkan pada Desember 2021, prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen (5,33 juta balita). Target penurunan angka stunting itu telah menjadi komitmen bersama 514 bupati/walikota se-Indonesia, termasuk Kabupaten Jember. 

DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember mencatat kasus stunting di daerahnya mengalami penurunan dari 2019 hingga 2021. Pada 2019 masih tercatat 37,94 persen kasus stunting.

Lalu pada 2021, kasus stunting mengalami penurunan di angka 29,3 persen berdasar survei nasional. Namun berdasar data Kabupaten Jember sendiri melalui hasil operasi timbang, kasus stunting pada 2021 di angka 11,74 persen.

Selanjutnya, pada 2021 ada 34 desa locus stunting di Jember yang telah di-SK-kan oleh Bupati Jember Hendy Siswanto.

Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinkes Jember Dwi mengatakan, angka stunting di Jember mengalami penurunan. Namun tetap saja masih ada kantong-kantong daerah dengan kasus stunting tertinggi di Jember.

Dwi kemudian menyebut desa yang menjadi kantong tertinggi angka stunting di Jember, yaitu Balung Kidul, Rambigundam, Karang Paiton, Sebanen, dan Pringgowirawan. "Kasus stuntingnya di atas 40 persen," ungkap Dwi kepada tadatodays.com, Selasa (5/4/2022).

Terkait langkah penanganan stunting, Dwi menyebutkan ada beberapa hal. Di antaranya ialah penimbangan secara rutin, pemberian makanan tambahan (PMT), dan pemulihan gizi.

Namun untuk penanganan kepada yang belum mengalami stunting, Dinkes Jember memiliki treatment khusus, antara lain pemberian tablet penambah darah pada remaja putri, pemberian PMT pada ibu hamil, pendampingan pada keluarga dan bimbingan konseling.

Kepala Dinas Kesehatan Jember Dr Lilik Lailiyah menambahkan, upaya penanganan stunting di tahun 2022 ini ialah mengupayakan adanya pembina spesialis anak pada wilayah puskesmas. Tujuannya agar kasus stunting dapat diidentifikasi lebih spesifik lagi.

Lilik menargetkan pada 2022 ini ada penurunan stunting di Jember di angka 10 persen.

Demi mencapai target tersebut, menurut LIlik, Dinkes Jember juga melakukan sinergi dengan elemen lain. "Sebagai strategi ke depannya kita akan melakukan sinergi program bersama DP3AKB, Aisyiyah, Muslimat, Baznas dan lain-lain," kata Lilik, Selasa (5/4/2022).

Terkait faktor penyebab terjadinya stunting, Lilik menyebutkan beberapa faktor. Di antaranya ialah pemberian gizi pada bayi dan calon bayi, faktor ketidaktahuan, hingga faktor pernihakan dini. 

***

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya dan memiliki penyebab utama kekurangan nutrisi. Dengan pengertian lain, stunting disebutkan sebagai gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang berlangsung lama, dari kehamilan sampai usia 24 bulan.

Pemerintah Republik Indonesia sendiri sangat serius melakukan percepatan penurunan stunting. Sebagai wujudnya, pada Agustus 2021 lalu Pemerintah RI merilis Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 yang substansinya mengadopsi pada Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. 

Wapres RI KH Ma’ruf Amin dalam rilis Sekretariat Wakil Presiden RI pada 14 Desember 2021 lalu menyebutkan, targetnya sangat jelas, yaitu prevalensi stunting 14 persen pada 2024. Lalu  pada 2030, sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs), angka prevalensi stunting sudah nol di Indonesia.

Tingginya kasus stunting memberi dampak tidak baik bagi sebuah bangsa. Studi Bank Dunia menyebutkan, kerugian akibat stunting dan kekurangan gizi akan berdampak pada pengurangan sedikitnya 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) di suatu negara. Untuk itu, diperlukan investasi pada program gizi yang dapat memberikan keuntungan berpuluh kali lipat di masa yang akan datang. 

“Kita harus berinvestasi pada intervensi gizi sejak sekarang. Investasi ini adalah kunci yang akan membentuk bangsa kita,” kata Wapres dalam rilis tersebut.

Wapres KH Ma’ruf Amin yang menjadi Ketua Pengarah Percepatan Penurunan Stunting lalu memerintahkan kepada seluruh pemangku kepentingan agar berkomitmen dalam upaya percepatan penurunan stunting

Komitmen ini mencakup upaya penurunan stunting ditempatkan sebagai salah satu prioritas utama pelaksanaan pembangunan di tingkat pusat hingga tingkat desa. Komitmen untuk mengoptimalkan mobilisasi sumber daya, dan komitmen untuk menguatkan koordinasi, pemantauan, dan evaluasi dalam memastikan program terus berjalan dengan baik.

“Komitmen yang kuat sangat penting untuk memastikan seluruh aktor pelaksana hadir dan menggerakkan dan mengerahkan upaya terbaiknya dalam upaya percepatan penurunan stunting,” kata Wapres.

Lalu disebutkan bahwa hingga tahun 2021, seluruh bupati dan walikota di Indonesia (514 bupati/walikota) telah menandatangani komitmen untuk mempercepat penurunan stunting di wilayah masing-masing. (bp/why)

BUAH HATI: Rini bersama orang tua dan buah hatinya. Berusaha memberikan nutrisi memadai untuk putranya.

Pola Hidup Tak Teratur saat Hamil, Anak Stunting

STUNTING harus menjadi kewaspadaan bersama. Sebab, ada banyak faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab balita mengalami stunting. Fase paling krusialnya adalah pada masa kehamilan atau pra melahirkan dan pasca melahirkan.   

Rini, 45, seorang warga Jalan Apel 6, Lingkungan Perumnas Patrang RT1 / RW13, Kelurahan Patrang, Kabupaten Jember, merupakan salah satu ibu dari anak yang mengalami stunting. Dari situasi yang dihadapinya saat ini, Rini jadi sadar pentingnya memperhatikan kondisi bayi saat dalam kandungan maupun setelah melahirkan.

Sehari-harinya, Rini berkegiatan sebagai ibu rumah tangga dengan mengurus 4 orang anak. Sedangkan suaminya bekerja sebagai musisi di salah satu band dengan penghasilan per kegiatan berkisar 6-7 juta.

Menurut Rini, anak pertama sampai ketiga tidak ada masalah terkait tumbuh kembangnya. "Untuk kakak-kakaknya tidak ada masalah terkait pertumbuhannya," ujar Rini saat ditemui di kediamannya, Selasa (5/4/2022). Tetapi baru pada anak keempat ada masalah tumbuh kembang.

Rini menuturkan, anaknya yang terakhir itu sekarang berusia 54 bulan. Berat badannya 11,7 kilogram dan tinggi badan 101 cm. Rini mengetahui anaknya yang keempat ini mengalami stunting saat dilakukan pengecekan di posyandu.

Saat ditanya penyebabnya, Rini mengakui bahwa di masa kehamilan anak keempat, dirinya tidak rutin periksa ke dokter maupun puskesmas. "Saat hamil saya melakukan pengecekan hanya beberapa kali saja, tidak sering," tutur Rini.

Rini menceritakan, saat hamil dirinya tetap mengonsumsi makanan bergizi. Hanya, pola hidupnya tidak teratur. Ia kurang istirahat. Faktor itulah yang diduga menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak bungsunya.   

"Ya saya dulu waktu hamil kan masih kerja, dan jam istirahat saya agak kurang. Kemudian saat anak saya lahir, posisinya saat pandemi, dan saya memberikan asupan gizi mungkin kurang," ujarnya.

Saat ini, Rini berusaha keras memberikan nutrisi yang memadai agar anaknya dapat tumbuh kembang dengan baik. Langkah ini juga mendapat pendampingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. (bp/why)­


Share to