BANYUWANGI, TADATODAYS.COM - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi di Jember, membuat sejumlah warga rela bermotor jauh sampai ke Kabupaten Banyuwangi. Mereka menempuh jarak puluhan kilometer demi berburu BBM. 

Halimah, warga Desa Sumberkalong, Kecamatan Kalisat, Jember, mengaku sudah dua hari bolak-balik ke Banyuwangi bersama suaminya, Syamsul Arifin. Tujuannya cuma satu, yaitu mendapatkan BBM.

Mereka berangkat sebelum subuh dan mengantre di SPBU hingga sore hari. “Berangkat tadi sebelum subuh, tiba langsung mengantre di SPBU. Sampai sore ini baru dapat 10 liter,” ujar Halimah, Rabu (30/7/2025).

BBM yang diperoleh di SPBU Krikilan, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi itu, kata Halimah, hanya cukup untuk kebutuhan dua hari. Ia berharap krisis ini segera ditangani pemerintah agar warga tak lagi harus keluar daerah untuk memenuhi kebutuhan BBM.

Hal serupa dilakukan Nur Azizah, warga Desa Tegalwaru, Kecamatan Mayang, Jember. Demi mendapatkan BBM, ia rela menempuh jarak hampir 40 kilometer dengan rute alternatif melewati perkebunan kopi di lereng Gunung Gumitir, tepatnya ruas Garahan–Sidomulyo, Kecamatan Silo.

“Di Jember harga BBM eceran mencapai Rp 25 ribu per liter,” keluh Nur Azizah saat mengantre BBM di SPBU Curahketangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi.

Karena kelangkaan di kampung sendiri dan harga eceran yang sangat tinggi, Nur Azizah bersama suami dan anaknya terpaksa berbagi tugas mengantre BBM di tiga SPBU berbeda. Suaminya mengantre di SPBU Kalibaru, anaknya di SPBU Krikilan Glenmore, dan dirinya sendiri di SPBU Curahketangi.

Dari pantauan di lapangan, SPBU-SPBU yang berdekatan dengan jalur Gumitir di Banyuwangi bagian barat menjadi tujuan utama warga Jember. Di antaranya SPBU Kalibaru, SPBU Krikilan Glenmore, dan SPBU Curahketangi. Bahkan SPBU di wilayah Sempu dan Genteng, seperti SPBU Tegalyasan dan SPBU Kembiritan, mulai dipadati warga Jember yang berburu BBM. (azi/why)