Paguyuban Toko Oleh-Oleh Depan Masjid Agung Kota Probolinggo Demo, Merasa Tidak Mendapat Solusi Tepat

Alvi Warda
Alvi Warda

Friday, 13 Jun 2025 11:03 WIB

Paguyuban Toko Oleh-Oleh Depan Masjid Agung Kota Probolinggo Demo, Merasa Tidak Mendapat Solusi Tepat

DEMO: Paguyuban Oleh-Oleh Haji dan Umroh saat demo penolakan relokasi ke TWSL.

PROBOLINGGO, TADATODAYS.COM - Rencana Pemkot Probolinggo merehab alun-alun, memicu reaksi. Jajaran toko oleh-oleh haji dan umroh di sisi barat alun-alun, atau tepat di depan Masjid Agung Raudhatul Jannah Kota Probolinggo, akan dibongkar. Jumat (13/6/2025) pagi, paguyuban pedagang toko oleh-oleh haji dan umroh melancarkan aksi demo, karena merasa tidak mendapat solusi yang tepat. 

Rencana relokasi toko oleh-oleh haji dan umroh di depan Masjid Agung ini telah disampaikan kepada mereka oleh Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan (DKUP) Kota Probolinggo. Sepuluh toko di depan Masjid Agung itu akan dibongkar.

Namun, dari 10 toko yang ada, hanya disediakan 5 stan relokasi di depan Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) atau kebun binatang mini yang terletak di Jl Basuki Rahmad, Kelurahan Mangunharjo. Selain jumlah stan relokasi yang disediakan tidak mencukupi, paguyuban pedagang merasa TWSL bukan tempat yang cocok dengan jenis dagangan mereka yang identik dengan masjid, ibadah haji dan umroh.

MENOLAK: Paguyuban Oleh-Oleh Haji dan Umroh Kota Probolinggo memasang spanduk penolakan relokasi di toko masing-masing.

Rivo Alfadani, salah satu pedagang dari Kelurahan Jrebeng Wetan mengatakan sudah sejak 2018 berjualan. "Saya berjualan kurma. Karena kan sejalan dengan oleh-oleh haji dan umroh. Kalau jualan di TWSL, gak nyambung dong," katanya.

Selama ini, lanjut Rivo, pembeli masih datang ke tokonya. Terlebih saat momen bulan Ramadan dan musim haji seperti saat ini. "Memang gak banyak yang beli. Tapi kalau ada momen pasti ramai," ujarnya.

Bambang Suwoto selaku Ketua Paguyuban Oleh-Oleh Haji dan Umroh Kota Probolinggo menyampaikan penolakan pedagang bukan tanpa alasan. Berjualan oleh-oleh di depan Masjid Agung ini merupakan lokasi yang strategis.

"Kalau dipindah di TWSL, itu bukan lokasi strategis. Apalagi hanya ada lima tempat. Kemarin yang disampaikan itu, rasanya pemerintah maunya pokoknya pindah. Bukan ngasih solusi yang jelas," ujarnya.

Bambang mengaku sudah berjualan di tempat itu sejak 2015. Meski tidak ramai seperti pusat oleh-oleh di masjid-masjid besar daerah lain, namun setiap harinya pasti ada pembeli. "Kami menyebutnya Ampel Kota Probolinggo. Tumpuan kami mengisi perut setiap harinya," katanya.

Saat pertemuan dengan DKUP, Bambang mewakili teman-temannya telah menyampaikan penolakan relokasi ke TWSL. "Sudah saya sampaikan, tapi gak ada tanggapan. Malah tanggal 21 Juli nanti ini mau ada pemagaran. Tolong dengarkan kami Pak," ucapnya.

Ia bahkan mengatakan, kenapa bukan Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo yang dibongkar. "Padahal kita tahu, disana itu kotor gak ada pembeli. Kenapa justru toko kita yang mau dibongkar," katanya.

Bambang pernah meminta audiensi dengan Wali Kota Probolinggo Aminuddin, namun tidak ada respons. "Saya juga sudah mengajukan audiensi dengan Wali Kota. Tapi gak ada jawaban. Tolong Pak, ini urusan perut kami. Kami hanya bisa makan jika berjualan," ujarnya.

Selanjutnya, ia akan mengajukan audiensi ke DPRD Kota Probolinggo. Ia berharap melalui suara dewan, suara paguyuban didengar Pemkot Probolinggo. "Saya sudah mengajukan audiensi ke DPRD Kota Probolinggo. Itu jalan terakhir kami," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPR-PKP) Gigih Ardityawan belum merespons upaya konfirmasi jurnalis tadatodays.com. Sedangkan Kepala DKUP Kota Probolinggo Fitriawati Jufri juga belum merepons upaya konfirmasi jurnalis tadatodays.com. (alv/why)


Share to